Selasa, 28 Desember 2010
Surat Untuk Firman Utina,
Kawan, kita sebaya. Hanya bulan yang membedakan usia. Kita tumbuh di tengah sebuah generasi dimana tawa bersama itu sangat langka. Kaki kita menapaki jalan panjang dengan langkah payah menyeret sejuta beban yang seringkali bukan urusan kita. Kita disibukkan dengan beragam masalah yang sialnya juga bukan urusan kita. Kita adalah anak-anak muda yang dipaksa tua oleh televisi yang tiada henti mengabarkan kebencian. Sementara adik-adik kita tidak tumbuh sebagaimana mestinya, narkoba politik uang membunuh nurani mereka. Orang tua, pendahulu kita dan mereka yang memegang tampuk kekuasaan adalah generasi gagal. Suatu generasi yang hidup dalam bayang-bayang rencana yang mereka khianati sendiri. Kawan, akankah kita berhenti lantas mengorbankan diri kita untuk menjadi seperti mereka?
Di negeri permai ini, cinta hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Kita tidak pernah mencintai apapun yang kita lakukan, kita hanya ingin mendapatkan hasilnya dengan cepat. Kita tidak mensyukuri berkah yang kita dapatkan, kita hanya ingin menghabiskannya. Kita enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan kita. Kawan, inilah kenyataan memilukan yang kita hadapi, karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka. Bayangkan adik-adik kita, lupakan mereka yang tua, bagaimana mereka bisa tumbuh dalam keadaan demikian. Kawan, cinta adalah persoalan kegemaran. Cinta juga masalah prinsip. Bila kau mencintai sesuatu maka kau tidak akan peduli dengan yang lainnya. Tidak kepada poster dan umbul-umbul, tidak kepada para kriminal yang suka mencuci muka apalagi kepada kuli kamera yang menimbulkan kolera. Cinta adalah kesungguhan yang tidak dibatasi oleh menang dan kalah.
Hari-hari belakangan ini keadaan tampak semakin tidak menentu. Keramaian puluhan ribu orang antre tidak mendapatkan tiket. Jutaan orang lantang bersuara demi sepakbola. Segelintir elit menyiapkan rencana jahat untuk menghancurkan kegembiraan rakyat. Kakimu, kawan, telah memberi makna solidaritas. Gocekanmu kawan, telah mengundang tarian massal tanpa saweran. Terobosanmu, kawan, menghidupkan harapan kepada adik-adik kita bahwa masa depan itu masih ada. Tendanganmu kawan, membuat orang-orang percaya bahwa kata "bisa" belum punah dari kehidupan kita. Tetapi inilah buruknya hidup di tengah bangsa yang frustasi, semua beban diletakkan ke pundakmu. Seragammu hendak digunakan untuk mencuci dosa politik. Kegembiraanmu hendak dipunahkan oleh iming-iming bonus dan hadiah. Di Bukit Jalil kemarin, ada yang mengatakan kau terkapar, tetapi aku percaya kau tengah belajar. Di Senayan esok, mereka bilang kau akan membalas, tetapi aku berharap kau cukup bermain dengan gembira.
Firman Utina, kapten tim nasional sepak bola Indonesia, bermain bola lah dan tidak usah memikirkan apa-apa lagi. Sepak bola tidak ada urusannya dengan garuda di dadamu, sebab simbol hanya akan menggerus kegembiraan. Sepak bola tidak urusannya dengan harga diri bangsa, sebab harga diri tumbuh dari sikap dan bukan harapan. Di lapangan kau tidak mewakili siapa-siapa, kau memperjuangkan kegembiraanmu sendiri. Di pinggir lapangan, kau tidak perlu menoleh siapa-siapa, kecuali Tuan Riedl yang percaya sepak bola bukan dagangan para pecundang. Berlarilah Firman, Okto, Ridwan dan Arif, seolah-olah kalian adalah kanak-kanak yang tidak mengerti urusan orang dewasa. Berjibakulah Maman, Hamzah, Zulkifli dan Nasuha seolah-olah kalian mempertahankan kegembiraan yang hendak direnggut lawan. Tenanglah Markus, gawang bukan semata-mata persoalan kebobolan tetapi masalah kegembiraan membuyarkan impian lawan. Gonzales dan Irvan, bersikaplah layaknya orang asing yang memberikan contoh kepada bangsa yang miskin teladan.
Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penggocek bola. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan Piala darimu. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tidak, kami tidak butuh piala, bermainlah dengan gembira sebagaimana biasanya. Biarkan bola mengalir, menarilah kawan, urusan gol seringkali masalah keberuntungan. Esok di Senayan, kabarkan kepada seluruh bangsa bahwa kebahagiaan bukan urusan menang dan kalah. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Berjuanglah layaknya seorang laki-laki, kawan. Adik-adik kita akan menjadikan kalian teladan!
sumber dari email
Jumat, 17 Desember 2010
be someone for others
Hidup penuh dengan aneka rupa kejadian, kisah, tantangan, dan masalah. Semua kembali ke persepsi masing-masing apakah akan menganggap sebagai sebuah ujian untuk kenaikan tingkat yang lebih baik, atau sebagai batu sandungan yang malah akan membuat diri jatuh tersungkur. Pastinya semakin positif seseorang memandang kehidupan, maka akan semakin banyak hikmah terpetik dari setiap masalah yang membenturnya. Bertambahnya usia akan membawa sikap bijak dalam diri orang tersebut. Namun bila selalu merasa masalah yang datang adalah musibah yang selalu ditangisi, maka akan semakin membunuh semangat dalam dirinya.
Ada yang bilang padaku, bila seseorang selalu mengeluh kepada orang lain maka ia bukan saja telah menguras energinya sendiri namun juga menguras energi orang lain. Karena semakin banyak beban derita dikeluhkan oleh seseorang kepada temannya, semakin besar pula energi yang diperlukan seseorang untuk ikut memikul beban orang lain walau hanya melalui cerita.
Awalnya aku mengakui hal itu, tapi semakin lama aku tidak merasa demikian.
Mendengarkan keluh kesah, kesedihan, kemalangan, dan penderitaan orang lain memang bukanlah hal yang menyenangkan. Karena hidup memang penuh ujian dan masalah, setiap orang pasti pernah bermasalah. Dan tahukah rasanya bila kita sendirian dalam menghadapi masalah... rasanya dunia ini egois dan kejam. Semua orang sibuk dengan masalah masing-masing. Kesendirian terasa jauh lebih menyakitkan daripada masalah itu sendiri. Bagaimana pun, manusia sebagai mahluk sosial akan selalu membutuhkan manusia lain.
Oleh karena itu mendampingi orang yang bermasalah sepertinya memberikan banyak hal positif dalam diriku. Karena beberapa faktor, seperti :
a. Menjadi lebih bersyukur pada kondisi diri yang ternyata lebih baik dari orang lain
Dengan melihat dan mendengar masalah orang lain, aku jadi membandingkan dengan kondisi yang ada pada diriku sendiri. Hal ini membuat aku selalu merasa bersyukur atas apa yang aku miliki dalam hidup ini karena karunia Allah azza wa jalla yang selalu aku terima.
b. Dapat memberikan input kepada orang lain
Pada saat dalam masalah, biasanya orang sulit sekali untuk berpikir. Otaknya tertutup dan sulit untuk melihat beragam informasi yang ada. Sehingga kesulitan dalam membuat solusi. Menjadi pendengar membuat aku dapat melihat masalah dari luar (out of box) dengan berbagai sudut pandang. Input dan masukan yang aku berikan akan sangat membantu teman yang dalam masalah, walau sekedar masukan paling sederhana sekalipun.
c. Dapat mengamalkan hadist Rasulullah SAW, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Dengan mendampingi teman yang bermasalah, yang sedang sedih, ataupun berduka, lalu dapat menghiburnya, setidaknya satu amalan dari hadist diatas telah dilakukan. Hal ini membuat hidup terasa lebih bermakna. Selain membuat kita semakin dekat dengan sesama manusia, maka akan semakin dicintai pula oleh Allah Ta'ala. Dan tiada yang lebih indah selain selalu menikmat cinta Ar Rahman.
Oleh karena itu, mari nikmati hidup yang begitu indah dan berwarna ini. Bisa berwarna hijau yang teduh, atau merah menyala-nyala yang penuh onak dan duri, atau hitam kelam yang penuh kesedihan. Semua yang terjadi dalam hidup adalah pilihan kita sendiri yang telah di ridhoi Allah Al Hakim.
Ada yang bilang padaku, bila seseorang selalu mengeluh kepada orang lain maka ia bukan saja telah menguras energinya sendiri namun juga menguras energi orang lain. Karena semakin banyak beban derita dikeluhkan oleh seseorang kepada temannya, semakin besar pula energi yang diperlukan seseorang untuk ikut memikul beban orang lain walau hanya melalui cerita.
Awalnya aku mengakui hal itu, tapi semakin lama aku tidak merasa demikian.
Mendengarkan keluh kesah, kesedihan, kemalangan, dan penderitaan orang lain memang bukanlah hal yang menyenangkan. Karena hidup memang penuh ujian dan masalah, setiap orang pasti pernah bermasalah. Dan tahukah rasanya bila kita sendirian dalam menghadapi masalah... rasanya dunia ini egois dan kejam. Semua orang sibuk dengan masalah masing-masing. Kesendirian terasa jauh lebih menyakitkan daripada masalah itu sendiri. Bagaimana pun, manusia sebagai mahluk sosial akan selalu membutuhkan manusia lain.
Oleh karena itu mendampingi orang yang bermasalah sepertinya memberikan banyak hal positif dalam diriku. Karena beberapa faktor, seperti :
a. Menjadi lebih bersyukur pada kondisi diri yang ternyata lebih baik dari orang lain
Dengan melihat dan mendengar masalah orang lain, aku jadi membandingkan dengan kondisi yang ada pada diriku sendiri. Hal ini membuat aku selalu merasa bersyukur atas apa yang aku miliki dalam hidup ini karena karunia Allah azza wa jalla yang selalu aku terima.
b. Dapat memberikan input kepada orang lain
Pada saat dalam masalah, biasanya orang sulit sekali untuk berpikir. Otaknya tertutup dan sulit untuk melihat beragam informasi yang ada. Sehingga kesulitan dalam membuat solusi. Menjadi pendengar membuat aku dapat melihat masalah dari luar (out of box) dengan berbagai sudut pandang. Input dan masukan yang aku berikan akan sangat membantu teman yang dalam masalah, walau sekedar masukan paling sederhana sekalipun.
c. Dapat mengamalkan hadist Rasulullah SAW, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Dengan mendampingi teman yang bermasalah, yang sedang sedih, ataupun berduka, lalu dapat menghiburnya, setidaknya satu amalan dari hadist diatas telah dilakukan. Hal ini membuat hidup terasa lebih bermakna. Selain membuat kita semakin dekat dengan sesama manusia, maka akan semakin dicintai pula oleh Allah Ta'ala. Dan tiada yang lebih indah selain selalu menikmat cinta Ar Rahman.
Oleh karena itu, mari nikmati hidup yang begitu indah dan berwarna ini. Bisa berwarna hijau yang teduh, atau merah menyala-nyala yang penuh onak dan duri, atau hitam kelam yang penuh kesedihan. Semua yang terjadi dalam hidup adalah pilihan kita sendiri yang telah di ridhoi Allah Al Hakim.
Rabu, 03 November 2010
Pelayanan yang peduli
Aku memang jarang datang ke tempat layanan umum, hal ini disebabkan makin canggihnya teknologi, semakin mudah mengakses layanan publik melalui media online. Namun bagaimana pun, ada saatnya harus turun langsung ke pusat layanan publik. Seperti yang aku lakukan hari ini. Duduk manis mengantri di sebuah bank terkenal di Indonesia.
Banyak perubahan positif yang terjadi. Bangunan yang megah dilengkapi dengan layanan mesin-mesin canggih, dan tidak lupa orang-orang yang ramah melayani. Jauh dari kesan kaku dan membosankan.
Saat datang, sudah disambut dengan sekuriti yang ramah di lapangan parkir, belum lagi saat menaiki tangga dan melewati pintu detektor, semua begitu akrab menyapa. Padahal, bisa dibilang, penampilanku saat itu sangat casual, sama sekali tidak berkesan formil.
Begitu di dalam, ada lagi sekuriti yang menyapa, menanyakan tujuan, dan mengantarku mendapatkan nomor antrian sampai duduk mengantri. Tempat layanan cukup banyak ditambah teknologi online terkini, sehingga antrian cepat terlayani. Bisa dibilang, tidak banyak yang antri pagi itu. Aku pun hanya memerlukan waktu 2 menit untuk duduk karena nomor antrianku sudah dipanggil.
Keramahan terasa sampai ke petugas customer service. Pada saat nasabah mendatangi meja, petugas customer service berdiri menyambut dengan posisi tangan di dada. Memperkenalkan diri dengan ramah, dan tidak mendengarkan keluhan nasabah dengan baik. Tak segan-segan para petugas akan mengatakan maaf apabila proses memakan waktu yang lama, dan mengucapkan terima kasih karena nasabah mau menunggu dengan sabar. Belum lagi mereka selalu meminta ijin bila harus merepotkan nasabah atau ada tambahan biaya yang harus ditanggung nasabah.
Ada hal yang menarik selama berada disana, yaitu seorang petugas yang berjalan kesana kemari. Setiap pengantri yang baru datang, akan segera ia dekati. Dia menawarkan bantuan untuk mempersingkat proses antrian, terutama pada tugas-tugas yang dapat dilakukan tanpa proses yang panjang. Selain itu, dia juga tidak segan-segan membantu mengisi biodata bagi nasabah yang kesulitan memahami form yang harus diisi. Bergerak kesana kemari begitu cekatan, mengapit kertas dan pulpen, untuk mencari nasabah yang kesulitan dan membantunya. Ketika selesai, para petugas yang dilewati oleh nasabah mengucapkan terima kasih dengan sapaan yang khas, mengiringi kepergian nasabah dengan senyuman hangatnya.
Sepertinya, ini merupakan contoh yang baik untuk layanan publik di negara kita yang terkenal akan senyum dan keramahtamahannya ini. Karena di beberapa layanan publik, hal tersebut tidak terlalu terasa. Masih banyak layanan publik yang sering mengabaikan konsumennya, memberi kesan dingin, dan membuat jera untuk datang kembali.
Banyak perubahan positif yang terjadi. Bangunan yang megah dilengkapi dengan layanan mesin-mesin canggih, dan tidak lupa orang-orang yang ramah melayani. Jauh dari kesan kaku dan membosankan.
Saat datang, sudah disambut dengan sekuriti yang ramah di lapangan parkir, belum lagi saat menaiki tangga dan melewati pintu detektor, semua begitu akrab menyapa. Padahal, bisa dibilang, penampilanku saat itu sangat casual, sama sekali tidak berkesan formil.
Begitu di dalam, ada lagi sekuriti yang menyapa, menanyakan tujuan, dan mengantarku mendapatkan nomor antrian sampai duduk mengantri. Tempat layanan cukup banyak ditambah teknologi online terkini, sehingga antrian cepat terlayani. Bisa dibilang, tidak banyak yang antri pagi itu. Aku pun hanya memerlukan waktu 2 menit untuk duduk karena nomor antrianku sudah dipanggil.
Keramahan terasa sampai ke petugas customer service. Pada saat nasabah mendatangi meja, petugas customer service berdiri menyambut dengan posisi tangan di dada. Memperkenalkan diri dengan ramah, dan tidak mendengarkan keluhan nasabah dengan baik. Tak segan-segan para petugas akan mengatakan maaf apabila proses memakan waktu yang lama, dan mengucapkan terima kasih karena nasabah mau menunggu dengan sabar. Belum lagi mereka selalu meminta ijin bila harus merepotkan nasabah atau ada tambahan biaya yang harus ditanggung nasabah.
Ada hal yang menarik selama berada disana, yaitu seorang petugas yang berjalan kesana kemari. Setiap pengantri yang baru datang, akan segera ia dekati. Dia menawarkan bantuan untuk mempersingkat proses antrian, terutama pada tugas-tugas yang dapat dilakukan tanpa proses yang panjang. Selain itu, dia juga tidak segan-segan membantu mengisi biodata bagi nasabah yang kesulitan memahami form yang harus diisi. Bergerak kesana kemari begitu cekatan, mengapit kertas dan pulpen, untuk mencari nasabah yang kesulitan dan membantunya. Ketika selesai, para petugas yang dilewati oleh nasabah mengucapkan terima kasih dengan sapaan yang khas, mengiringi kepergian nasabah dengan senyuman hangatnya.
Sepertinya, ini merupakan contoh yang baik untuk layanan publik di negara kita yang terkenal akan senyum dan keramahtamahannya ini. Karena di beberapa layanan publik, hal tersebut tidak terlalu terasa. Masih banyak layanan publik yang sering mengabaikan konsumennya, memberi kesan dingin, dan membuat jera untuk datang kembali.
Selasa, 02 November 2010
Hidup adalah memilih
Mungkin kita tidak menyadari bahwa selama ini, hidup yang kita jalani adalah pilihan yang kita putuskan untuk kita ambil. Dan semua itu mengarah pada hidup yang secara sadar atau tidak memang kita tuju yang bisa disebut sebagai takdir hidup kita.
Aku ingat, ketika masuk pendidikan, aku memilihnya. Sejak tingkat sekolah dasar sampai pendidikan tinggi. Lalu saat memasuki dunia kerja pun, aku memilih tempat bekerja yang aku inginkan. Atau hal sederhana lainnya. Saat ingin makan, aku akan memilih makanan yang aku ingin makan, minuman yang aku ingin minum, teman yang aku pilih nyaman bersamanya, kegiatan yang aku pilih untuk jalani dan nikmati, dan sebagainya.
Begitupun dalam memilih pasangan. Mungkin aku bukanlah tipe wanita yang dipilih dan diincar oleh banyak lelaki. Namun aku pun memilih lelaki mana yang baik menurutku untuk mendampingi hidupku yang berharga ini. Karena pendampingku diharapkan dapat mendampingi aku saat di dunia dan di akhirat kelak. Bagi ku kehidupan di dunia merupakan kegiatan mengumpulkan bekal untuk di akhirat kelak, yang tidak boleh aku sia-siakan nikmatnya sendirian. Bukan hanya aku berharap dapat menghabiskan masa tua ku bersama pasangan, namun aku pun ingin melanjutkan kebahagiaanku di dunia bersama pasanganku di akhirat kelak.
Kita cenderung akan meninggalkan atau tidak memilih hal yang kita anggap tidak menyenangkan, tidak membuat nyaman atau pun tidak menguntungkan bagi diri kita. Ini semua adalah dorongan alam bawah sadar yang membuat kita berusaha mencapai apa yang membuat diri kita sendiri merasa nyaman.
Ada kalanya kita terbentur pada hidup yang tidak nyaman yang harus dijalani, kondisi lingkungan yang menyiksa, teman yang tidak suportif, pasangan yang terlalu menuntut, masalah yang selalu berdatangan sehingga kita merasa tertekan dan depresi. Mengapa semua itu kita hadapi?
Pada dasarnya, semua itu adalah jalan hidup yang kita pilih untuk dijalani. Pada saat menghadapi masalah awal yang membuat kita merasa tidak nyaman, kita cenderung mendiamkan masalah tersebut sehingga berlarut-larut. Mendiamkan, itu pun pilihan yang kita ambil. Karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Seringkali kita terlalu merasa nyaman dalam zona comfort yang membuat kita enggan untuk berubah, karena perubahan seringkali membawa ketidaknyamanan.
Parahnya, kita baru menyadari kesalahan yang telah kita perbuat setelah terlalu banyak waktu berlalu. Walau tiada kata terlambat untuk memperbaiki, namun telah banyak waktu berharga telah tersia-sia.
Memang dalam menjalani hidup, tidak hanya hitam dan putih yang kita rasakan. Terkadang banyak hal diluar perkiraan dapat terjadi dan membuat tidak nyaman. Namun pada dasarnya, Allah Azza wa Jalla telah memberikan karunia kepada kita hati dan akal. 2 keistimewaan manusia diantara mahluk cipataan Allah Azza wa Jalla lainnya yang dapat kita gunakan untuk mendeteksi arah hidup yang kita inginkan.
Demi masa. Sebelum kita benar-benar berada dalam kerugian.
Senin, 01 November 2010
Banyak tapi sedikit
Aku bingung, Indonesia dikenal dengan negara berpenduduk terbesar kelima di dunia selain China, Rusia, Amerika, dan India. Dengan penduduk sebanyak itu, otomatis sumber daya manusia yang dimiliki pasti berlimpah juga. Tapi kenapa perekonomian di Indonesia masih terus berkembang ya?.. seharusnya perekonomian Indonesia sudah bisa sejajar dengan negara-negara lain yang berpenduduk besar. Minimnya sumber daya manusia yang berpotensi saat ini tengah aku alami.
Saat ini aku mendapat tugas untuk merekrut 2 orang Telemarketing dan 1 orang Public Relation. Memang dari kedua jabatan tersebut membutuhkan tenaga wanita muda yang produktif dan energik, karena menurut BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk wanita di Indonesia. Namun pastinya tidak sulit mendapatkan 3 orang wanita dari 118.048.783 jiwa.
Setelah sebar info sana sini, dengan maksud mengoptimalkan orang-orang berpotensi yang ada disekitar selama beberapa hari, ada sedikit rasa kecewa. Respon telah datang dari beberapa orang, namun belum ada yang sesuai harapan, bahkan mendekati pun tidak. Karena pekerjaan yang ditawarkan ini berasal dari perusahaan yang baru berkembang, sehingga menuntut karakter yang kuat dari orang-orang yang bisa tergabung didalamnya. Sedangkan kandidat yang datang, umumnya orang-orang yang harus banyak dibimbing, diarahkan, dan di-support terus dan terus. Sebuah karakter yang masih mentah.
Sayang sekali. Melihat banyak potensi yang harus terlewatkan karena lemahnya karakter. Tanpa kesadaran diri dan kesempatan, mereka mungkin akan terus seperti itu, hanya mengikuti arus. Namun sayangnya, perusahaan lebih mencari orang-orang dengan karakter kuat dan tidak akan buang waktu bersama orang-orang yang tidak memiliki semangat dan arah hidup yang jelas.
Duhai Indonesia, mari bangkitkan semangat dan jiwa para pemuda mu dengan membangun karakter-karakter manusia yang kuat dan berani menghadapi tantangan kehidupan.
Saat ini aku mendapat tugas untuk merekrut 2 orang Telemarketing dan 1 orang Public Relation. Memang dari kedua jabatan tersebut membutuhkan tenaga wanita muda yang produktif dan energik, karena menurut BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk wanita di Indonesia. Namun pastinya tidak sulit mendapatkan 3 orang wanita dari 118.048.783 jiwa.
Setelah sebar info sana sini, dengan maksud mengoptimalkan orang-orang berpotensi yang ada disekitar selama beberapa hari, ada sedikit rasa kecewa. Respon telah datang dari beberapa orang, namun belum ada yang sesuai harapan, bahkan mendekati pun tidak. Karena pekerjaan yang ditawarkan ini berasal dari perusahaan yang baru berkembang, sehingga menuntut karakter yang kuat dari orang-orang yang bisa tergabung didalamnya. Sedangkan kandidat yang datang, umumnya orang-orang yang harus banyak dibimbing, diarahkan, dan di-support terus dan terus. Sebuah karakter yang masih mentah.
Sayang sekali. Melihat banyak potensi yang harus terlewatkan karena lemahnya karakter. Tanpa kesadaran diri dan kesempatan, mereka mungkin akan terus seperti itu, hanya mengikuti arus. Namun sayangnya, perusahaan lebih mencari orang-orang dengan karakter kuat dan tidak akan buang waktu bersama orang-orang yang tidak memiliki semangat dan arah hidup yang jelas.
Duhai Indonesia, mari bangkitkan semangat dan jiwa para pemuda mu dengan membangun karakter-karakter manusia yang kuat dan berani menghadapi tantangan kehidupan.
Minggu, 31 Oktober 2010
Hari Baru Semangat Baru
Semangat Pagi !!
Pukul 2.44 AM hari ini dimulai dengan membuat blog baru, setelah blog yang lama sulit dibuka karena lupa password. Salah satu kelemahan manusia adalah ceroboh dan teledor. Menganggap remeh sebuah hal kecil sehingga harus kehilangan dan sulit untuk menemukannya. Namun salah satu kekuatan manusia adalah kemampuan untuk mengikhlaskan. Saat yang telah hilang sulit untuk ditemukan, pantang membuang waktu percuma untuk menangisi atau menyesali kebodohan di masa lalu.. Mari melanjutkan hidup yang begitu indah, awali dengan semangat baru.. tanamkan keyakinan, bahwa masa yang akan datang akan jauh lebih indah daripada masa lalu yang hanya patut untuk dikenang dan diambil hikmahnya... SMANGADH !!
Pukul 2.44 AM hari ini dimulai dengan membuat blog baru, setelah blog yang lama sulit dibuka karena lupa password. Salah satu kelemahan manusia adalah ceroboh dan teledor. Menganggap remeh sebuah hal kecil sehingga harus kehilangan dan sulit untuk menemukannya. Namun salah satu kekuatan manusia adalah kemampuan untuk mengikhlaskan. Saat yang telah hilang sulit untuk ditemukan, pantang membuang waktu percuma untuk menangisi atau menyesali kebodohan di masa lalu.. Mari melanjutkan hidup yang begitu indah, awali dengan semangat baru.. tanamkan keyakinan, bahwa masa yang akan datang akan jauh lebih indah daripada masa lalu yang hanya patut untuk dikenang dan diambil hikmahnya... SMANGADH !!
Langganan:
Postingan (Atom)