Rabu, 03 November 2010

Pelayanan yang peduli

           Aku memang jarang datang ke tempat layanan umum, hal ini disebabkan makin canggihnya teknologi, semakin mudah mengakses layanan publik melalui media online. Namun bagaimana pun, ada saatnya harus turun langsung ke pusat layanan publik. Seperti yang aku lakukan hari ini. Duduk manis mengantri di sebuah bank terkenal di Indonesia.

          Banyak perubahan positif yang terjadi. Bangunan yang megah dilengkapi dengan layanan mesin-mesin canggih, dan tidak lupa orang-orang yang ramah melayani. Jauh dari kesan kaku dan membosankan.

           Saat datang, sudah disambut dengan sekuriti yang ramah di lapangan parkir, belum lagi saat menaiki tangga dan melewati pintu detektor, semua begitu akrab menyapa. Padahal, bisa dibilang, penampilanku saat itu sangat casual, sama sekali tidak berkesan formil.

            Begitu di dalam, ada lagi sekuriti yang menyapa, menanyakan tujuan, dan mengantarku mendapatkan nomor antrian sampai duduk mengantri. Tempat layanan cukup banyak ditambah teknologi online terkini, sehingga antrian cepat terlayani. Bisa dibilang, tidak banyak yang antri pagi itu. Aku pun hanya memerlukan waktu 2 menit untuk duduk karena nomor antrianku sudah dipanggil.

           Keramahan terasa sampai ke petugas customer service. Pada saat nasabah mendatangi meja, petugas customer service berdiri menyambut dengan posisi tangan di dada. Memperkenalkan diri dengan ramah, dan tidak mendengarkan keluhan nasabah dengan baik. Tak segan-segan para petugas akan mengatakan maaf apabila proses memakan waktu yang lama, dan mengucapkan terima kasih karena nasabah mau menunggu dengan sabar. Belum lagi mereka selalu meminta ijin bila harus merepotkan nasabah atau ada tambahan biaya yang harus ditanggung nasabah.

           Ada hal yang menarik selama berada disana, yaitu seorang petugas yang berjalan kesana kemari. Setiap pengantri yang baru datang, akan segera ia dekati. Dia menawarkan bantuan untuk mempersingkat proses antrian, terutama pada tugas-tugas yang dapat dilakukan tanpa proses yang panjang. Selain itu, dia juga tidak segan-segan membantu mengisi biodata bagi nasabah yang kesulitan memahami form yang harus diisi. Bergerak kesana kemari begitu cekatan, mengapit kertas dan pulpen, untuk mencari nasabah yang kesulitan dan membantunya. Ketika selesai, para petugas yang dilewati oleh nasabah mengucapkan terima kasih dengan sapaan yang khas, mengiringi kepergian nasabah dengan senyuman hangatnya.

          Sepertinya, ini merupakan contoh yang baik untuk layanan publik di negara kita yang terkenal akan senyum dan keramahtamahannya ini. Karena di beberapa layanan publik, hal tersebut tidak terlalu terasa. Masih banyak layanan publik yang sering mengabaikan konsumennya, memberi kesan dingin, dan membuat jera untuk datang kembali.


Selasa, 02 November 2010

Hidup adalah memilih

Mungkin kita tidak menyadari bahwa selama ini, hidup yang kita jalani adalah pilihan yang kita putuskan untuk kita ambil. Dan semua itu mengarah pada hidup yang secara sadar atau tidak memang kita tuju yang bisa disebut sebagai takdir hidup kita.

Aku ingat, ketika masuk pendidikan, aku memilihnya. Sejak tingkat sekolah dasar sampai pendidikan tinggi. Lalu saat memasuki dunia kerja pun, aku memilih tempat bekerja yang aku inginkan. Atau hal sederhana lainnya. Saat ingin makan, aku akan memilih makanan yang aku ingin makan, minuman yang aku ingin minum, teman yang aku pilih nyaman bersamanya, kegiatan yang aku pilih untuk jalani dan nikmati, dan sebagainya.

Begitupun dalam memilih pasangan. Mungkin aku bukanlah tipe wanita yang dipilih dan diincar oleh banyak lelaki. Namun aku pun memilih lelaki mana yang baik menurutku untuk mendampingi hidupku yang berharga ini. Karena pendampingku diharapkan dapat mendampingi aku saat di dunia dan di akhirat kelak. Bagi ku kehidupan di dunia merupakan kegiatan mengumpulkan bekal untuk di akhirat kelak, yang tidak boleh aku sia-siakan nikmatnya sendirian. Bukan hanya aku berharap dapat menghabiskan masa tua ku bersama pasangan, namun aku pun ingin melanjutkan kebahagiaanku di dunia bersama pasanganku di akhirat kelak.

Kita cenderung akan meninggalkan atau tidak memilih hal yang kita anggap tidak menyenangkan, tidak membuat nyaman atau pun tidak menguntungkan bagi diri kita. Ini semua adalah dorongan alam bawah sadar yang membuat kita berusaha mencapai apa yang membuat diri kita sendiri merasa nyaman.
Ada kalanya kita terbentur pada hidup yang tidak nyaman yang harus dijalani, kondisi lingkungan yang menyiksa, teman yang tidak suportif, pasangan yang terlalu menuntut, masalah yang selalu berdatangan sehingga kita merasa tertekan dan depresi. Mengapa semua itu kita hadapi?

Pada dasarnya, semua itu adalah jalan hidup yang kita pilih untuk dijalani. Pada saat menghadapi masalah awal yang membuat kita merasa tidak nyaman, kita cenderung mendiamkan masalah tersebut sehingga berlarut-larut. Mendiamkan, itu pun pilihan yang kita ambil. Karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Seringkali kita terlalu merasa nyaman dalam zona comfort yang membuat kita enggan untuk berubah, karena perubahan seringkali membawa ketidaknyamanan.

Parahnya, kita baru menyadari kesalahan yang telah kita perbuat setelah terlalu banyak waktu berlalu. Walau tiada kata terlambat untuk memperbaiki, namun telah banyak waktu berharga telah tersia-sia.
Memang dalam menjalani hidup, tidak hanya hitam dan putih yang kita rasakan. Terkadang banyak hal diluar perkiraan dapat terjadi dan membuat tidak nyaman. Namun pada dasarnya, Allah Azza wa Jalla telah memberikan karunia kepada kita hati dan akal. 2 keistimewaan manusia diantara mahluk cipataan Allah Azza wa Jalla lainnya yang dapat kita gunakan untuk mendeteksi arah hidup yang kita inginkan. 

Demi masa. Sebelum kita benar-benar berada dalam kerugian.





Senin, 01 November 2010

Banyak tapi sedikit

Aku bingung, Indonesia dikenal dengan negara berpenduduk terbesar kelima di dunia selain China, Rusia, Amerika, dan India. Dengan penduduk sebanyak itu, otomatis sumber daya manusia yang dimiliki pasti berlimpah juga. Tapi kenapa perekonomian di Indonesia masih terus berkembang ya?.. seharusnya perekonomian Indonesia sudah bisa sejajar dengan negara-negara lain yang berpenduduk besar. Minimnya sumber daya manusia yang berpotensi saat ini tengah aku alami.

Saat ini aku mendapat tugas untuk merekrut 2 orang Telemarketing dan 1 orang Public Relation. Memang dari kedua jabatan tersebut membutuhkan tenaga wanita muda yang produktif dan energik, karena menurut BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk wanita di Indonesia. Namun pastinya tidak sulit mendapatkan 3 orang wanita dari 118.048.783 jiwa.

Setelah sebar info sana sini, dengan maksud mengoptimalkan orang-orang berpotensi yang ada disekitar selama beberapa hari, ada sedikit rasa kecewa. Respon telah datang dari beberapa orang, namun belum ada yang sesuai harapan, bahkan mendekati pun tidak. Karena pekerjaan yang ditawarkan ini berasal dari perusahaan yang baru berkembang, sehingga menuntut karakter yang kuat dari orang-orang yang bisa tergabung didalamnya. Sedangkan kandidat yang datang, umumnya orang-orang yang harus banyak dibimbing, diarahkan, dan di-support terus dan terus. Sebuah karakter yang masih mentah.

Sayang sekali. Melihat banyak potensi yang harus terlewatkan karena lemahnya karakter. Tanpa kesadaran diri dan kesempatan, mereka mungkin akan terus seperti itu, hanya mengikuti arus. Namun sayangnya, perusahaan lebih mencari orang-orang dengan karakter kuat dan tidak akan buang waktu bersama orang-orang yang tidak memiliki semangat dan arah hidup yang jelas.

Duhai Indonesia, mari bangkitkan semangat dan jiwa para pemuda mu dengan membangun karakter-karakter manusia yang kuat dan berani menghadapi tantangan kehidupan.