Senin, 18 Juli 2011

the ways to stay creative


Building the Internal Brand

So how would you go about creating an internal brand? Here are some things to keep in mind:
  • Build your brand on your mission
The starting point for any brand is what the organization stands for. Its mission and vision, backed by culture and values, are what the brand means to the employees. Any deviation from mission and culture will strike a false note.
  • Make leadership the brand driver
The brand needs your senior management support in order to survive. It’s as simple as walking the talk. Leaders need link their goals to organizational goals — a powerful way to do this is through branding. When leaders are in synch with the organization, they have a better chance of getting results. At the same time, a leader pushing change can use brand to drive the transformation by finding the impetus and support for the initiative inside the culture.
  • Nurture the brand through communications
Brand without communication is like an unlabeled can on a shelf by itself — you don’t know what it is and you really don’t care. Any communication tool, from a broadcast email to an all employee meeting, reinforces the brand. Choosing which media and when depends upon the message; the heavier the brand message, the more media you will need. To keep it fresh and vital, email and banners might do the trick. Again, keep the communications consistent with the brand identity, image and aspirations.
  • Inject a sense of fun into the brand
Who says life inside an organization has to be dull and boring? Link the brand to activities in the organization that are of a less formal nature; e.g. corporate outings, off site activities, after hours bowling or softball leagues. Your branding can be as simple as displaying your corporate logo on a banner promoting your upcoming ice cream social, or putting your logo on hats made available to corporate retreat attendees. After all, part of brand identity is merchandising. In this way, your brand becomes a unifier and reinforces your organizational culture.
  • Grow the brand
Organizations either grow or they die. Same for brands. The brand must be inclusive and by that, it must embrace new initiatives that arise with regularity. Think brand extensions. For example, if manufacturing rolls out a quality initiative, the team would be well served by linking the quality to the company wide brand. In doing so, they add credibility as well as awareness.

http://www.brandxpress.net/2005/09/building-an-internal-brand/

Jumat, 11 Februari 2011

Dear Hallyu...

Belakangan aku sedang terserang demam.. nonton drama korea.
Teman-teman menganggap telat, karena demam drama Korea ini pernah dialami oleh teman-teman beberapa tahun silam. Saat itu, aku hanya menertawakan mereka karena merasa bukan lah hal yang menarik. Entah mengapa, aku benar-benar tidak menganggap istimewa drama Korea pada saat itu. Padahal, drama yang ditonton teman-teman, aku pun juga menontonnya.

Baru sekarang aku mulai menikmatinya, saat yang lain mulai sibuk dengan keluarga dan permasalahannya, aku malah asik tenggelam dalam rangkaian cerita romantis di drama Korea.

Umumnya drama Korea memiliki episode yang tidak sedikit, minimal 16 episode. Setiap episode berdurasi hampir 1 jam. Terbayang berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk menyelesaikan satu judul drama. Tapi aku senang saja, meluangkan waktu istirahatku melakukan itu semua. Drama Korea seperti candu bagi ku, begitu memulai satu episode, maka akan tersedot untuk terus menyaksikan sampai tuntas. Pastinya tidak mungkin aku berhasil menyelesaikan satu judul drama dalam waktu kurang dari 3 hari. Paling cepat aku berhasil menonton satu judul bisa 4 hari. Itu sudah super lembur.

Setelah puas menyaksikan film drama, biasanya aku berlanjut hunting mencari lagu-lagu soundtrack drama tersebut. Setiap hari lagu-lagu soundtrack tersebut selalu aku dengarkan. Bahkan aku sekarang bisa bersenandung dengan bahasa Korea, sehingga menambah perbendaharaan bahasa Korea untuk ku.

Beberapa tokoh pun telah menarik perhatian ku. Aku pun mulai mencari informasi tentang tokoh-tokoh tersebut. Masuk lah aku ke dunia Hallyu. Istilah Hallyu digunakan sebagai kata dari budaya pop Korea saat ini. Didalamnya terdapat drama, film, musik, dan beragam hal budaya pop Korea Dimana bertebaran artis dan aktor Korea, baik yang hanya berakting sampai yang jadi penyanyi, dan macam lainnya.

Sekarang, aku lah yang menjadi bahan tertawa teman-teman, karena terlalu menikmati dunia Hallyu tersebut. Beberapa hal yang aku sukai dari drama Korea adalah
a. ceritanya yang sederhana dengan alur cerita yang unik
b. tidak ada bahasa kasar yang penuh dengan hujatan
c. cara bicara mereka terdengar lucu ditelinga
d. pemain-pemainnya yang cantik dan ganteng
e. pemandangan dan latar yang bagus
f. belajar budaya lain, budaya Korea
g. selalu ada ilmu baru dari setiap judul drama Korea

Dari sederet drama Korea yang pernah aku tonton, favoritku adalah Beethoven Virus, karena dalam drama tersebut banyak menyajikan karya Beethoven yang sangat memukau. Ditambah lagi dengan aksi para anggota orchestra yang memainkan alat-alat musik seperti biola, cello, terompet, saxophone, piano, dan lainnya. Begitu indah harmoni yang terdengar. Aku pun makin menyukai musik-musik orchestra. Ceritanya sederhana, mengenai seorang konduktor senior bernama Kang Gun Woo yang perfeksionis dan keras hati sehingga sulit bertahan lama bekerjasama dengan anggota orchestra. Namun akhirnya menyadari keberhasilan sebuah tim bukan hanya didukung oleh pemimpin yang tangguh tetapi juga kekompakan dan passion dari seluruh tim didalamnya.
Selain itu,aku memang sudah terkagum-kagum dengan akting salah satu pemainnya, Jang Geun Suk. Aktor muda berbakat dengan senyum manisnya yang khas tersebut cukup baik berperan sebagai konduktor muda yang baru belajar secara otodidak. Dengan nama yang sama dengan konduktor senior, peran Jang Geun Suk juga mengajarkan bagaimana memimpin dengan hati dan senyum, penuh demokrasi, namun tetap tegas dan peduli kepada anggota timnya.

Cerita drama Asia, Hallyu khususnya, tidak kalah dengan Telenovela Venezuela atau pun Opera Sabun Amerika dan juga Sinetron Indonesia. Bahkan banyak hal menarik, walau tidak sedikit yang meremehkan.

Jumat, 14 Januari 2011

Rimba Raya Jalan Jakarta

Paling unik menjelajahi jalan-jalan di ibu kota Jakarta. Kota dengan tingkat keramaian yang cukup tinggi, bahkan dikenal sebagai kota dengan biang kemacetan. Pemerintah sendiri memprediksikan tahun 2015 jalan di Jakarta akan lumpuh. Hal ini disebabkan oleh kepadatan jumlah kendaraan yang turun di jalan. Terutama pada jam-jam sibuk di jalan arteri.

Kendaraan yang tumpah ruah di ruas-ruas jalan di Jakarta beraneka rupa, dari kendaraan pribadi sampai kendaraan umum. Dari yang beroda 2 (dua) sampai roda 8 (delapan). Setiap kendaraan tersebut memiliki kebiasaan dan karakter-nya masing-masing. 

Mari kita pelajari ciri khas dan karakter kendaraan umum yang ada di jalan-jalan di Jakarta
1. Ojek
    Kendaraan roda dua ini paling eksis di Jakarta. Terutama di jalan yang padat dan ramai. Kelebihannya adalah bisa selap selip diantara antrian kendaraan lain, menjangkau wilayah yang sangat dipelosok, dan cepat. Motor sebagai notabene utamanya ini bukan hanya dapat mengangkut 1 orang penumpang, tapi juga dapat mengangkut anak-anak yang bisa duduk diantara 2 orang dewasa atau di depan, serta dapat mengangkut barang. Untuk jenis barang, bisa diupayakan sedemikian rupa agar dapat terangkut dan tidak menyusahkan pengendaranya.

Karakteristik dan perilakunya
a. Ojek yang fleksibel ini mempunyai karakteristik yang mudah melebur dalam situasi dan kondisi apapun. Hujan memang menjadi kendala utama, namun dengan pertolongan jas hujan sudah bisa menjawab permasalahan.
b. Perilakunya memang terlihat nekad dan memaksakan kehendak. Berani melalui lajur sempit diantara 2 mobil, yang besar sekalipun. Juga sampai naik ke trotoar demi menembus kemacetan. Tidak boleh ada celah kecil yang dapat dilalui kendaraan ini pasti langsung ditembus. Lebarnya stang dan kaca spion merupakan batasan seberapa lebar motor dapat melampauinya. Paling senang berada di depan saat lampu merah, dan melipir di sebelah kiri saat antrian panjang. Beri keluangan bila kendaraan ini ingin lewat, karena setelah ia lewat maka akan melesat hilang diantara ribuan kendaraan yang macet. Namun bila tidak diberi jalan, ia akan merapat dan terus merapat sampai tujuannya tercapai.

2. Becak
    Kendaraan roda 3 ini memang sudah punah di Jakarta, tapi di beberapa titik pelosok masih dapat kita temui kehadirannya. Salah satu alasan mengapa becak di gusur dari jalan di Jakarta adalah karena memakai tenaga manusia untuk menggerakkannya. Belum lagi dengan bodi becak yang lebar namun hanya menampung 2 penumpang dewasa. sehingga becak dianggap sebagai kendaraan yang kurang efisien dan kurang manusiawi.

Karakteristik dan perilakunya
a. Becak sebagai kendaraan bertenaga manusia memiliki karakteristik yang membumi, tidak grasa grusu, dan terkesan santai. Apalagi kalau sepi, supir becak bisa tidur di dalam becak-nya. Becak yang cukup terbuka dan tidak terlalu ngebut ini sangat enak untuk suasana desa yang nyaman dan segar.
b. Biasanya becak berkumpul bergerombol, di dekat pasar atau dekat pintu masuk komplek. Jalannya pelan, namun pasti dan sangat menolong bagi ibu-ibu yang membawa banyak barang bawaan. Namun hanya bisa berada di wilayah komplek saja. Lebih aman. Tapi kalau nekad, si abang becak berani ngebut dan menembus halang rintang. Paling-paling penumpang yang jadi ngeri, karena posisi mereka berada di depan.

3. Bemo
    Sama seperti becak, bemo sebagai kendaraan roda 3 juga mulai punah keberadaannya di Jakarta. Tinggal beberapa wilayah saja yang masih beroperasi. Walau menggunakan mesin untuk beroperasinya dan cukup banyak menampung penumpang (6 di belakang dan 1 di depan), namun keberadaan bemo dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan kota Jakarta. Suaranya terbilang cukup bising, dengan pintu masuk penumpang yang terbuka menghadap belakang dengan posisi berhadapan. Rendahnya ketinggian kendaraan ini sangat menyulitkan bagi orang dengan postur tubuh yang tinggi.

Karakteristik dan perilakunya
a. Kesan tua sudah melekat dalam diri bemo, dan agak lusuh. Sehingga bemo semakin terlihat kurang percaya diri dan berkurang peminatnya. Dengan jarak tempuh yang pendek dan kecepatan yang minim membuat bemo tertatih-tatih untuk survive dikerasnya jalan ibukota.
b. Biasanya bemo akan berangkat apabila penumpang sudah penuh, baik yang dibelakang ataupun yang di depan. Jalannya juga cukup sigap, mengingat ukurannya yang kecil sehingga bisa salip kanan kiri. Namun bemo cukup arif dengan selalu mengambil lajur ukuran mobil, tidak sampai nyelip diantara sempitnya jalan.

4. Bajaj
    Kendaraan ini cukup terkenal dengan istilah BMW (Bajaj Merah Warnanya). Bentuknya mirip dengan bemo, hanya saja di bagian depan hanya ada tempat supir, penumpang ditempatkan hanya di bagian belakang.  Suaranya pun nyaring seperti bemo, ditambah dengan asap mesin yang selalu mengepul hitam karena kondisi mesin yang tidak terawat. Berada dibelakang kendaraan ini merupakan derita tersendiri bila berada di jalan umum.

Karakteristik dan perilakunya
a. Bajaj adalah salah satu kendaraan umum paling nekad di jalan ibukota. Ukurannya seperti mobil sedan kecil, tapi paling hobi selap selip tidak ingat diri dan merasa seukuran motor. Cuek, keras kepala, selalu maju, dan berasa paling fleksibel itu lah ciri khas bajaj.
b. Terlihat dari perilakunya yang sulit ditebak. Lampu sign bajaj tidak pernah menyala sehingga kita tidak pernah tahu kapan bajaj akan belok dan ke arah mana.. tau-tau.. langsung belok aja. Gerakannya sangat lincah, tapi tak jarang juga lelet. Ditambah dengan suara nyaring dan hitamnya asap knalpot, merupakan satu paket keunikan sendiri bagi bajaj.

5. Angkot kecil (mikrolet)
    Mikrolet atau pun KWK (Koperasi Wahana Kalpika) / kopamilet  atau dengan nama-nama lain yang berbeda-beda tiap wilayah tergantung perusahaan yang mengoperasikannya, merupakan kendaraan yang dibentuk dengan memodifikasi bentuk mobil dengan hanya memberikan satu pintu samping dan bangku belakang dengan posisi hadap-hadapan. Posisi ini terkenal dengan istilah "4 6" yaitu 4 penumpang di kiri dan 6 penumpang di kanan. Dulu pernah ada kenek yang berdiri gelantungan di pintu, berteriak-teriak. Namun karena untuk keselamatan, pemerintah mewajibkan pintu tertutup sehingga kenek sudah tidak ada lagi.

Karakteristik dan perilakunya
a. Kendaraan ini jumlahnya cukup banyak, sehingga sering terlihat bergerombol dimana-mana. Sulit ditebak adalah salah satu ciri khasnya. Kadang bersemangat ngebut dan seperti ingin cepat sampai, tapi tiba-tiba bisa lelet dan jalan pelan-pelan. Si abang senang mangkal, atau menunggu penumpang.
b. Paling gregetan kalo lihat angkot yang menjelang lampu merah maksa maju, tapi pas lampu hijau malah berhenti di pojok bawah traffic light. Belum lagi ngetem di pintu-pintu masuk keramaian. Dan yang paling menjengkelkan kalau penumpang lagi sepi/kosong bisa seenaknya menurunkan penumpang yang ada padahal belum sampai tujuan, lalu ambil arah putar balik.

6. Angkot 3/4 (Metromini, Kopaja)
    Kendaraan umum ini berukuran agak besar, sehingga mampu menampung banyak penumpang. Namun tingginya yang tidak seberapa serta posisi kursi yang cukup rapat sangat menyulitkan bagi penumpang dengan postur tubuh diatas rata-rata alias tinggi. Kalau berdiri harus menunduk, kalau duduk harus di bagian belakang yang agak lapang.

Karakteristik dan perilakunya
a. Ukurannya yang agak besar dibanding kendaraan sebelumnya membuat angkot jenis ini bertingkah seperti raja jalanan. Terlihat sangat semaunya, dan cenderung ugal-ugalan saat berada di jalan.
b. Tak terhitung banyaknya kecelakaan terjadi akibat cara berkendara angkot ini. Kenekadannya menembus lalu lintas Jakarta, ngebut saat di tikungan, berhenti sembarangan saat ingin menaikan dan menurunkan penumpang, seperti tidak peduli kendaraan lain terhalang dibelakangnya. Harus banyak mengalah saat kendaraan ini sudah pasang sign untuk menurunkan penumpang. Berada di belakang angkot ini, lebih baik memposisikan di sebelah kanan, karena angkot ini selalu berada di tengah dan menghalangi kendaraan lain dibelakangnya. Sehingga saat di sebelah kanannya agak lapang, segera lewati dan tinggalkan angkot ini di belakang Anda.

7. Bis
    Seperti umumnya ukuran bis yang ada, bis biasanya beroperasi di jalan yang besar dengan jarak tempuh yang lumayan jauh.


Karakteristik dan perilakunya
a. Body kendaraan ini adalah terbesar sebagai angkutan umum. Sehingga banyak menguasai jalan-jalan yang juga besar. Dengan ciri khas besar lainnya, kendaraan ini selalu ingin menguasai jalan. Namun tetap pada lajurnya. Hanya ugal-ugalan bila berada di jalan besar. Mungkin karena supir-supir angkutan umum ini yang sudah berumur sehingga tetap terasa kearifan mereka.
b. Di jalan tol, bis bisa sangat ngebut dengan kecepatan tinggi. Begitu pun di jalan-jalan protokol lain. Namun bis hanya akan berhenti di halte-halte atau tempat umum orang berkumpul sehingga tidak sembarangan sebentar berhenti sebentar jalan. Memang terkadang sama saja dengan angkot 3/4 yang tidak melipir saat berhenti, alias menghalangi kendaraan lain dibelakangnya.

8. Busway
    Kendaraan ini memang terbilang baru diantara kendaraan lain sebelumnya. Gebrakan Sutiyoso untuk mengoptimalkan jalan di Jakarta dengan sarana transportasi masal yang sesuai telah memberikan satu hal baru bagi masyarakat di Jakarta khususnya. Bis berukuran besar dengan halte dan lajur khusus ini memang membuat masyarakat belajar untuk lebih tertib dan disiplin. Bila diikuti sesuai aturan, keberadaan kendaraan ini memang bisa menjadi salah satu solusi bagi ruwetnya lalu lintas di Jakarta

Karakteristik dan perilakunya
a. Sebagai si bungsu dalam industri angkutan umum di Jakarta saat ini, kendaraan umum ini terbilang paling tertib dan rapi. Dengan lajur khusus dan perilaku khusus yang membelah pusat-pusat jalan di Jakarta membuat busway begitu istimewa. Istimewa dalam pelayanan, dan dalam keamanan.
b. Busway adalah kendaraan yang paling tertib dalam menaati peraturan. Hanya berhenti di halte-halte khususnya, berjalan hanya dijalurnya. Walau sering merasa kesal dengan kendaraan lain yang selalu mengambil lajurnya. Sehingga menghambat jadwal perjalanannya. Hal ini tidak dapat dihindari karena mengingat sempitnya jalan-jalan di Jakarta. Pastinya, demi menghormati peraturan lalu lintas dan kelancaran bersama, marilah kita ikuti peraturan dengan berjalan di jalur masing-masing.